Jumat, 23 Oktober 2015

Duet Afgan dan Rossa Menangkan Piala APM di Singapura

 Oleh : Beno Junianto, Shalli Syartiqa
VIVA.co.id - Penyanyi Afgan Syahreza dan Diva Pop Rossa meraih penghargaan Duo/Kumpulan Terbaik untuk lagu duet mereka yang berjudul 'Kamu yang Kutunggu' dalam acara Anugerah Planet Muzik (APM) di Singapura, 9 Oktober 2015 lalu.

Dari kemenangan tersebut, akhirnya Afgan dan Rossa berniat untuk menggelar konser bersama di Tanah Air.

"Kami belum ada pemikiran proyek (lagu) bareng lagi. Tapi paling konser bareng," ucap Rossa yang ditemui di Restoran Merah Delima, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 22 Oktober 2015.

Ibu satu anak itu belum dapat memastikan kapan mereka akan menggelar konser bersama. Kini keduanya tengah fokus mengumpulkan materi untuk proyek lagu selanjutnya.

Seperti diketahui, Afgan dan Rossa sudah menjalin pertemanan sejak lima tahun yang lalu. Kini keduanya terlihat sangat 'intim' saat bersama.

"Hidup kami bareng-bareng terus. Ha-ha-ha," ucap mantan istri Yoyo 'Padi' itu.

"Momen kerja apapun kami jatuhnya jadi bukan seperti kerja, kayak main saja. Mau sedih dan senang selalu bersama," tambah Afgan.

Pria berkacamata itu mengungkapkan rasa bangganya bisa mendapatkan penghargaan dari negara tetangga.

"Kami terharu dapat penghargaan ini, apalagi saingannya dari berbagai negara. Bangga bisa memberikan prestasi yang baru untuk musik Indonesia. Banyak sih saingannya, ada Siti Nurhaliza dan Cakra Khan, GAC, Ungu. Makanya enggak nyangka ya. Terus waktu itu, pas banget Ocha (Rossa) ulangtahun, dia (Rossa) kayaknya happy banget jadi pemenang. Dapat kado spesial," ungkap si pelantun Terima Kasih Cinta itu. (ase)

Rabu, 05 Agustus 2015

Burger Kill Gebrak Festival Band Metal Di Jerman

Jakarta, 5 Agustus 2015,
Woow keren juga nih Burger Kill, grup Band Metal dari Bandung mendapat respon bagus di Festival Band Metal Di Jerman beberpa waktu yang lalu, simak nih informasinya dari Kantor Berita Antara :
London (ANTARA News) - Burgerkill, band metal asal Indonesia, memukau pengunjung Wacken Open Air pada pagelaran festival musik metal terbesar di Jerman, dan salah satu terbesar di dunia di Wacken, Jerman Utara, akhir pekan lalu.

Meskipun tampil pertama kali sebagai pendatang baru, penampilan band Indonesia ini menyita perhatian pecinta dan pemerhati musik metal, kata Pensosbud KJRI Hamburg Indri Rasad memberi kesaksikan kepada Antara di London, Rabu.

Berulang kali para penggemar meneriakkan "we want more" kepada Burgerkill yang tampil enerjik meski tampil di bawah suhu 10 derajat celsius.

Band yang dibentuk di Ujungberung, Bandung, pada 1995, ini berhasil menembus pentas dunia.

Pada 2013 band ini berhasil meraih penghargaan pada Golden Gods 2013 Metal Hammer di Inggris, dan popularitasnya mencapai Jerman. Dan band ini akan tampil pada festival Bloodstock Open Air 6-9 Agustus 2015 di Inggris.

Wacken Open Air adalah festival musik metal terbesar dunia dengan pertama kali diadakan pada 1990 yang saat itu diikuti enam band lokal dan sekitar 800 penonton dengan hanya satu panggung yang dibuat secara swadaya.

Tahun ini perhelatan ini diikuti oleh lebih dari 80 band mancanagara, termasuk band metal kelas dunia Dream Theater dan Judas Priest.

Dalam jamuan yang dihadiri komunitas musik masyarakat Indonesia di Hamburg, Konjen Sylvia Arifin menyambut baik upaya go international Burgerkill, dan mengingatkan band ini untuk mengharumkan nama bangsa dan negara.

Senin, 22 Juni 2015

Kisah Gitaris Slank yang Berjuang dengan Ginjal Tinggal 3 Persen

 Jpnn
SUDAH tiga bulan Abdi Negara Nurdin (46 tahun) absen manggung. Gitaris yang beken dengan nama Abdee Slank itu sedang menjalani perawatan dan terapi ginjal yang kinerjanya tinggal 3 persen. Meski begitu, dia masih aktif bekerja untuk mengurangi stres.
ANDRA NUR OKTAVIANI, Jakarta
Wajah garang Abdee saat beraksi dengan gitarnya di panggung seolah sirna, digantikan wajah pucat dengan mata sayu saat ditemui Jawa Pos di kawasan Kemang, Jakarta, Sabtu (20/6) sore. Tubuhnya yang biasa berjingkrak-jingkrak di panggung pun terlihat lebih ringkih. 
Namun, tatapan mata dan jabat tangan Abdee masih penuh semangat. "Saya barusan bertemu Jay Subiyakto di sini,"’ ucapnya sambil tersenyum.
Tidak seperti kebanyakan orang sakit yang lebih banyak beristirahat di rumah, Abdee justru memilih tetap beraktivitas. Salah satunya bertemu beberapa teman untuk bertukar ide dan merancang proyek.

Ya, ketimbang merasakan sakit dan meratapi nasib, Abdee lebih suka membuat tubuhnya bergerak dan bermanfaat. Aktivitasnya memang tidak sesibuk dan seheboh dulu. Sekarang lebih terbatas, namun tidak hilang sama sekali.
Pria kelahiran Donggala, 28 Juni 1968, itu mengungkapkan, berkegiatan merupakan salah satu terapi yang dijalaninya sebagai rangkaian pengobatan. Dokter yang merawatnya memang meminta Abdee mengurangi kegiatan. Dokter juga meminta dia tetap rileks serta menghindari pikiran-pikiran yang berat. Namun, Abdee ogah jika harus berbaring di tempat tidur seperti orang sakit.
’’Itu malah akan membuat saya stres. Lebih baik beraktivitas. Dengan begitu, saya merasa lebih bermanfaat. Itulah yang membuat saya tetap bersemangat menjalani hidup. Kalau sudah tidak berguna, buat apa?’’ tegasnya.
Dengan melakukan berbagai kegiatan, Abdee bisa menemukan ketenangan sekaligus kenikmatan tersendiri. Namun, dia tetap membatasi diri. Dengan kekurangan sekarang, Abdee sangat tahu kapan beraktivitas dan kapan harus berhenti. Kehadiran sakit itu membuat dia lebih mengenal diri sendiri.
Kegiatan yang dipilih Abdee pun bukan kegiatan berat yang menguras tenaga. Misalnya, berdiskusi dengan teman. Mulai mendiskusikan masalah musik, ekonomi kreatif, hingga perkembangan politik. 
Dia juga tekadang masih membantu manajemen Slank jika dibutuhkan. "Kalau untuk manggung, masih belum kuat. Jadi, saya pilih kegiatan yang tidak terlalu menghabiskan energi,’’ jelasnya.
Bersama seorang rekan, Abdee juga sedang merancang sebuah buku. Buku berjudul Aku dan Taksi itu akan berkisah tentang pengalaman Abdee dan taksi yang selama 20 tahun terakhir setia menjadi temannya berkelana keliling ibu kota. Untuk diketahui, Abdee lebih senang menggunakan transportasi umum daripada mobil pribadi untuk beraktivitas di Jakarta. Mulai bus Transjakarta, taksi, hingga ojek.
"’Tapi, paling sering saya pakai taksi. Karena itu, bukunya tentang saya dan taksi. Dalam buku itu, saya menceritakan pengalaman dan cerita yang saya dapatkan dari taksi,’’ ungkapnya.
Selain kisah Abdee, buku tersebut menceritakan beberapa sopir taksi yang dinilai cukup menarik oleh Abdee. Tidak jarang dia menyodorkan alat perekam untuk merekam kisah si sopir yang heroik, haru biru, atau konyol sekalipun. 
Abdee menyatakan, buku itu sebenarnya merupakan proyek lama yang sempat tertahan. Namun, dengan berkurangnya kesibukan, dia jadi bisa berfokus menggarap buku tersebut. ’’Hampir selesai. Setelah Lebaran nanti siap di-launching,’’ ujarnya. 
Kendati Abdee berusaha tetap sehat dan berkegiatan, tetap saja banyak orang yang mengkhawatirkan kondisi kesehatannya. Kini setiap orang yang bertemu dengan salah seorang inisiator Konser Salam Dua Jari untuk kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2014 itu selalu menanyakan kondisi kesehatannya dan mendoakan agar cepat sembuh.
Secara pribadi, Abdee senang banyak yang memberikan perhatian. Namun, di sisi lain, dia agak terganggu karena tidak ingin dikasihani secara berlebihan. Sebab, kenyataannya, dia masih bisa beraktivitas dan tidak seringkih yang dibayangkan.
Itulah alasan Abdee enggan berbicara soal penyakitnya. Apalagi penyakit itu sudah dialami Abdee hampir lima tahun terakhir. ’’Saat divonis lima tahun lalu, saya pun tidak langsung bercerita kepada Slank. Setahun kemudian, baru saya cerita,’’ tutur suami Anita Desi Farida itu.
Pikiran Abdee pun mundur lima tahun silam. Sambil mengingat-ngingat, dia menuturkan kondisinya kala itu. Menurut dia, kondisinya saat itu sudah cukup buruk. Dokter yang menangani bahkan berani menyatakan hidup Abdee tinggal enam bulan. Dokter menyarankan untuk menjalani cuci darah. Namun, kala itu, Abdee tidak mengindahkan saran dokter. Dia mencoba cara lain untuk bertahan hidup.
Secara drastis, dia mulai mengubah gaya hidupnya yang diakui cukup berantakan. Diet ketat dijalankan sambil terus menjalani pengobatan. Memasuki 2015, kondisi ginjal Abdee semakin parah. Kinerjanya tinggal 3 persen. Dia sempat dirawat di rumah sakit selama sebulan. Kala itu, jumlah kreatinin dalam tubuhnya sudah terlalu tinggi, mencapai 14. Padahal, jumlah maksimal kreatinin pada pria adalah 1,6.
’’Saya keracunan protein. Racun itu sudah menumpuk dalam darah. Jika tidak segera ditolong, mungkin saya sudah meninggal. Kondisinya sudah parah sekali,’’ ungkapnya.
Kondisi tersebut akan membaik dengan treatment cuci darah. Namun, cuci darah bukanlah tanpa efek samping. Abdee merasakannya sendiri. Sejak menjalani cuci darah dua kali seminggu Januari lalu, dia merasakan tubuhnya mulai bereaksi. Rasa mual hingga muntah kerap dialami. Dia juga mengaku merasakan keseimbangan tubuhnya makin berkurang setelah menjalani terapi itu. Kepalanya sering pusing.
Maka, opsi untuk melakukan transplantasi ginjal pun muncul. Sampai saat ini, transplantasi ginjal memang menjadi cara terbaik untuk bisa ’’sembuh’’ dari gagal ginjal. Abdee memang berencana menjalani transplantasi ginjal. Beberapa calon donor sudah menjalani medical checkup. Abdee pun mulai melakukan sterilisasi untuk melemahkan sistem autoimun dalam tubuhnya.
Calon donor tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai keluarga, teman dekat, hingga Slankers, fans berat grup band yang diawaki Kaka, Bimbim, Ivanka, dan Abdee itu. Namun, hingga kini belum diketahui apakah ginjal calon donor tersebut cocok dengan Abdee. Dia masih menunggu hasil pemeriksaan medis.
’’Untuk dapat ginjal yang cocok, tidak gampang. Keluarga saja belum tentu cocok,’’ katanya.
Dia menambahkan, sebetulnya yang paling cocok adalah ginjal anak. Tetapi, Abdee tidak mau anaknya mendonorkan ginjal untuk dirinya. Padahal, anak semata wayang Abdee, Alanis Nurulizah, sudah menawarkan sendiri kepada sang ayah. 
’’Dia tiba-tiba datang dan bilang akan mendonorkan ginjalnya kepada saya. Tetapi, saya tidak mau. Dia masih terlalu kecil,’’ ucap Abdee.
Kalaupun hasil medical checkup para calon donor menunjukkan hasil negatif, Abdee tetap tidak akan mengizinkan anaknya menjadi donor untuk dirinya. Dia lebih baik menunggu sampai ada donor lain yang cocok. 
’’Tidak sedikit orang yang bisa bertahan hidup dengan gagal ginjal tanpa transplantasi. Bahkan, ada yang bertahan hingga 25 tahun. Karena itu, saya tidak khawatir,’’ tandasnya. (*/c5/ari)



Rabu, 18 Maret 2015

Lama enggak ngeblog

Hai chicakers, wkkkk.wkkkkk, lama nih aku enggak ngeblog maklum aku lagi repoot nih, karena disamping aku lagi nerusin/balik  kuliah lagi, juga kan sekarang disamping alat-alat musik aku juga buka kios kecil-kecilan yang isinya handicraft atau bahasa kerennya asesories, cuma memang sekarang masih kebanyakan buat anak-anak, ya kumpul-kumpulin dari yang kecil-kecil semoga terkumpul jadi besar begitu. okey kalau kebetulan jalan ke arah Pondok cibubur yang masuknya dari jalan Radar AURI Cimanggis, bolehlah mampir ke base camp aku, kalau memang toko belum buka bisa hubungi aku di 081314385985. alat-alat musik masih ada koq, asesorie juga ada lho bro n sist. okeyyy