Senin, 22 Juni 2015

Kisah Gitaris Slank yang Berjuang dengan Ginjal Tinggal 3 Persen

 Jpnn
SUDAH tiga bulan Abdi Negara Nurdin (46 tahun) absen manggung. Gitaris yang beken dengan nama Abdee Slank itu sedang menjalani perawatan dan terapi ginjal yang kinerjanya tinggal 3 persen. Meski begitu, dia masih aktif bekerja untuk mengurangi stres.
ANDRA NUR OKTAVIANI, Jakarta
Wajah garang Abdee saat beraksi dengan gitarnya di panggung seolah sirna, digantikan wajah pucat dengan mata sayu saat ditemui Jawa Pos di kawasan Kemang, Jakarta, Sabtu (20/6) sore. Tubuhnya yang biasa berjingkrak-jingkrak di panggung pun terlihat lebih ringkih. 
Namun, tatapan mata dan jabat tangan Abdee masih penuh semangat. "Saya barusan bertemu Jay Subiyakto di sini,"’ ucapnya sambil tersenyum.
Tidak seperti kebanyakan orang sakit yang lebih banyak beristirahat di rumah, Abdee justru memilih tetap beraktivitas. Salah satunya bertemu beberapa teman untuk bertukar ide dan merancang proyek.

Ya, ketimbang merasakan sakit dan meratapi nasib, Abdee lebih suka membuat tubuhnya bergerak dan bermanfaat. Aktivitasnya memang tidak sesibuk dan seheboh dulu. Sekarang lebih terbatas, namun tidak hilang sama sekali.
Pria kelahiran Donggala, 28 Juni 1968, itu mengungkapkan, berkegiatan merupakan salah satu terapi yang dijalaninya sebagai rangkaian pengobatan. Dokter yang merawatnya memang meminta Abdee mengurangi kegiatan. Dokter juga meminta dia tetap rileks serta menghindari pikiran-pikiran yang berat. Namun, Abdee ogah jika harus berbaring di tempat tidur seperti orang sakit.
’’Itu malah akan membuat saya stres. Lebih baik beraktivitas. Dengan begitu, saya merasa lebih bermanfaat. Itulah yang membuat saya tetap bersemangat menjalani hidup. Kalau sudah tidak berguna, buat apa?’’ tegasnya.
Dengan melakukan berbagai kegiatan, Abdee bisa menemukan ketenangan sekaligus kenikmatan tersendiri. Namun, dia tetap membatasi diri. Dengan kekurangan sekarang, Abdee sangat tahu kapan beraktivitas dan kapan harus berhenti. Kehadiran sakit itu membuat dia lebih mengenal diri sendiri.
Kegiatan yang dipilih Abdee pun bukan kegiatan berat yang menguras tenaga. Misalnya, berdiskusi dengan teman. Mulai mendiskusikan masalah musik, ekonomi kreatif, hingga perkembangan politik. 
Dia juga tekadang masih membantu manajemen Slank jika dibutuhkan. "Kalau untuk manggung, masih belum kuat. Jadi, saya pilih kegiatan yang tidak terlalu menghabiskan energi,’’ jelasnya.
Bersama seorang rekan, Abdee juga sedang merancang sebuah buku. Buku berjudul Aku dan Taksi itu akan berkisah tentang pengalaman Abdee dan taksi yang selama 20 tahun terakhir setia menjadi temannya berkelana keliling ibu kota. Untuk diketahui, Abdee lebih senang menggunakan transportasi umum daripada mobil pribadi untuk beraktivitas di Jakarta. Mulai bus Transjakarta, taksi, hingga ojek.
"’Tapi, paling sering saya pakai taksi. Karena itu, bukunya tentang saya dan taksi. Dalam buku itu, saya menceritakan pengalaman dan cerita yang saya dapatkan dari taksi,’’ ungkapnya.
Selain kisah Abdee, buku tersebut menceritakan beberapa sopir taksi yang dinilai cukup menarik oleh Abdee. Tidak jarang dia menyodorkan alat perekam untuk merekam kisah si sopir yang heroik, haru biru, atau konyol sekalipun. 
Abdee menyatakan, buku itu sebenarnya merupakan proyek lama yang sempat tertahan. Namun, dengan berkurangnya kesibukan, dia jadi bisa berfokus menggarap buku tersebut. ’’Hampir selesai. Setelah Lebaran nanti siap di-launching,’’ ujarnya. 
Kendati Abdee berusaha tetap sehat dan berkegiatan, tetap saja banyak orang yang mengkhawatirkan kondisi kesehatannya. Kini setiap orang yang bertemu dengan salah seorang inisiator Konser Salam Dua Jari untuk kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2014 itu selalu menanyakan kondisi kesehatannya dan mendoakan agar cepat sembuh.
Secara pribadi, Abdee senang banyak yang memberikan perhatian. Namun, di sisi lain, dia agak terganggu karena tidak ingin dikasihani secara berlebihan. Sebab, kenyataannya, dia masih bisa beraktivitas dan tidak seringkih yang dibayangkan.
Itulah alasan Abdee enggan berbicara soal penyakitnya. Apalagi penyakit itu sudah dialami Abdee hampir lima tahun terakhir. ’’Saat divonis lima tahun lalu, saya pun tidak langsung bercerita kepada Slank. Setahun kemudian, baru saya cerita,’’ tutur suami Anita Desi Farida itu.
Pikiran Abdee pun mundur lima tahun silam. Sambil mengingat-ngingat, dia menuturkan kondisinya kala itu. Menurut dia, kondisinya saat itu sudah cukup buruk. Dokter yang menangani bahkan berani menyatakan hidup Abdee tinggal enam bulan. Dokter menyarankan untuk menjalani cuci darah. Namun, kala itu, Abdee tidak mengindahkan saran dokter. Dia mencoba cara lain untuk bertahan hidup.
Secara drastis, dia mulai mengubah gaya hidupnya yang diakui cukup berantakan. Diet ketat dijalankan sambil terus menjalani pengobatan. Memasuki 2015, kondisi ginjal Abdee semakin parah. Kinerjanya tinggal 3 persen. Dia sempat dirawat di rumah sakit selama sebulan. Kala itu, jumlah kreatinin dalam tubuhnya sudah terlalu tinggi, mencapai 14. Padahal, jumlah maksimal kreatinin pada pria adalah 1,6.
’’Saya keracunan protein. Racun itu sudah menumpuk dalam darah. Jika tidak segera ditolong, mungkin saya sudah meninggal. Kondisinya sudah parah sekali,’’ ungkapnya.
Kondisi tersebut akan membaik dengan treatment cuci darah. Namun, cuci darah bukanlah tanpa efek samping. Abdee merasakannya sendiri. Sejak menjalani cuci darah dua kali seminggu Januari lalu, dia merasakan tubuhnya mulai bereaksi. Rasa mual hingga muntah kerap dialami. Dia juga mengaku merasakan keseimbangan tubuhnya makin berkurang setelah menjalani terapi itu. Kepalanya sering pusing.
Maka, opsi untuk melakukan transplantasi ginjal pun muncul. Sampai saat ini, transplantasi ginjal memang menjadi cara terbaik untuk bisa ’’sembuh’’ dari gagal ginjal. Abdee memang berencana menjalani transplantasi ginjal. Beberapa calon donor sudah menjalani medical checkup. Abdee pun mulai melakukan sterilisasi untuk melemahkan sistem autoimun dalam tubuhnya.
Calon donor tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai keluarga, teman dekat, hingga Slankers, fans berat grup band yang diawaki Kaka, Bimbim, Ivanka, dan Abdee itu. Namun, hingga kini belum diketahui apakah ginjal calon donor tersebut cocok dengan Abdee. Dia masih menunggu hasil pemeriksaan medis.
’’Untuk dapat ginjal yang cocok, tidak gampang. Keluarga saja belum tentu cocok,’’ katanya.
Dia menambahkan, sebetulnya yang paling cocok adalah ginjal anak. Tetapi, Abdee tidak mau anaknya mendonorkan ginjal untuk dirinya. Padahal, anak semata wayang Abdee, Alanis Nurulizah, sudah menawarkan sendiri kepada sang ayah. 
’’Dia tiba-tiba datang dan bilang akan mendonorkan ginjalnya kepada saya. Tetapi, saya tidak mau. Dia masih terlalu kecil,’’ ucap Abdee.
Kalaupun hasil medical checkup para calon donor menunjukkan hasil negatif, Abdee tetap tidak akan mengizinkan anaknya menjadi donor untuk dirinya. Dia lebih baik menunggu sampai ada donor lain yang cocok. 
’’Tidak sedikit orang yang bisa bertahan hidup dengan gagal ginjal tanpa transplantasi. Bahkan, ada yang bertahan hingga 25 tahun. Karena itu, saya tidak khawatir,’’ tandasnya. (*/c5/ari)