VIVAnews - Tak hanya dikenal sebagai maestro biola, sosok almarhum Idris Sardi juga dikenal sebagai figur yang tegas dan keras. Jumlah seniman sejati di Indonesia, ungkap Idris suatu ketika, mulai sedikit karena kini lebih banyak sebagai karyawan seni.
Demikian ungkap Tantowi Yahya, mantan presenter yang kini menjadi politisi. Tantowi mengaku kenal dekat dengan Idris, yang meninggal dunia Senin pagi di usia 75 tahun setelah berjuang melawan kanker usus.
Demikian ungkap Tantowi Yahya, mantan presenter yang kini menjadi politisi. Tantowi mengaku kenal dekat dengan Idris, yang meninggal dunia Senin pagi di usia 75 tahun setelah berjuang melawan kanker usus.
Tantowi, yang juga aktif di dunia tarik suara, mengatakan sikap Idris yang tegas dan sangat menghargai seni membuat dia layak diapresiasi setinggi-tingginya.
"Beliau itu orang yang keras. Yang saya ingat, jangan sekali-kali membahas masalah pembajakan dengannya karena dia akan naik pitam. Dia sangat membenci adanya pembajakan didunia seni," kata Tantowi di rumah duka, di Komplek Bumi Cimanggis Indah, Pekapuran, Depok, Senin 28 April 2014.
Almarhum Idris, lanjut Tantowi, selalu berbicara mengenai musik. Jarang bicara di luar musik. Idris juga kerap kali mengingatkan agar komersialisme musik secara berlebih harus ditekan.
"Ya jangan sampai melacurkan dirilah. Pembajakan masih sangat tinggi. Emosinya meledak jika singgung pembajakan," ujarnya.
Lebih lanjut anggota DPR RI fraksi Golkar ini menambahkan, untuk mengenang jasa almarhum, ia akan segera melakukan pembahasan dengan keluarga terkait pesan terakhir Idris, agar karyanya dapat dipertahankan.
"Saya dan Sinta (anak almarhum) akan urus hak patennya. Perlu diwariskan pada para generasi bangsa. Beberpa karyanya merupakan soundtrack film yang sempat meraih piala Citra," demikian kata Tantowi.
Sikap tegas dan keras Idris juga dikenang musisi lainnya, seperti Koes Hendratmo dan Purwacaraka.
"Saya pernah tidak hafal reff lagu ciptaannya. Saya ditegur, kamu ini gimana si Koes masanggak hafal. Saya bilang iya mas, maaf. Terus dia bilang, nanti kalau lagu ini meledak kamu yang dikenal bukan saya," tutur Koes Hendratmo saat melepas kepergian almarhum menuju peristirahatan terakhirnya di TPU Menteng Pulo, Jakarta. (ren)
"Beliau itu orang yang keras. Yang saya ingat, jangan sekali-kali membahas masalah pembajakan dengannya karena dia akan naik pitam. Dia sangat membenci adanya pembajakan didunia seni," kata Tantowi di rumah duka, di Komplek Bumi Cimanggis Indah, Pekapuran, Depok, Senin 28 April 2014.
Almarhum Idris, lanjut Tantowi, selalu berbicara mengenai musik. Jarang bicara di luar musik. Idris juga kerap kali mengingatkan agar komersialisme musik secara berlebih harus ditekan.
"Ya jangan sampai melacurkan dirilah. Pembajakan masih sangat tinggi. Emosinya meledak jika singgung pembajakan," ujarnya.
Lebih lanjut anggota DPR RI fraksi Golkar ini menambahkan, untuk mengenang jasa almarhum, ia akan segera melakukan pembahasan dengan keluarga terkait pesan terakhir Idris, agar karyanya dapat dipertahankan.
"Saya dan Sinta (anak almarhum) akan urus hak patennya. Perlu diwariskan pada para generasi bangsa. Beberpa karyanya merupakan soundtrack film yang sempat meraih piala Citra," demikian kata Tantowi.
Sikap tegas dan keras Idris juga dikenang musisi lainnya, seperti Koes Hendratmo dan Purwacaraka.
"Saya pernah tidak hafal reff lagu ciptaannya. Saya ditegur, kamu ini gimana si Koes masanggak hafal. Saya bilang iya mas, maaf. Terus dia bilang, nanti kalau lagu ini meledak kamu yang dikenal bukan saya," tutur Koes Hendratmo saat melepas kepergian almarhum menuju peristirahatan terakhirnya di TPU Menteng Pulo, Jakarta. (ren)