Oleh :
Beno Junianto, Shalli Syartiqa
VIVA.co.id - Penyanyi
Afgan Syahreza dan Diva Pop Rossa meraih penghargaan Duo/Kumpulan
Terbaik untuk lagu duet mereka yang berjudul 'Kamu yang Kutunggu' dalam
acara Anugerah Planet Muzik (APM) di Singapura, 9 Oktober 2015 lalu.
Dari kemenangan tersebut, akhirnya Afgan dan Rossa berniat untuk menggelar konser bersama di Tanah Air.
"Kami belum ada pemikiran proyek (lagu) bareng lagi. Tapi paling konser
bareng," ucap Rossa yang ditemui di Restoran Merah Delima, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 22 Oktober 2015.
Ibu satu anak
itu belum dapat memastikan kapan mereka akan menggelar konser bersama.
Kini keduanya tengah fokus mengumpulkan materi untuk proyek lagu
selanjutnya.
Seperti diketahui, Afgan dan Rossa sudah menjalin
pertemanan sejak lima tahun yang lalu. Kini keduanya terlihat sangat
'intim' saat bersama.
"Hidup kami bareng-bareng terus. Ha-ha-ha," ucap mantan istri Yoyo 'Padi' itu.
"Momen kerja apapun kami jatuhnya jadi bukan seperti kerja, kayak main
saja. Mau sedih dan senang selalu bersama," tambah Afgan.
Pria berkacamata itu mengungkapkan rasa bangganya bisa mendapatkan penghargaan dari negara tetangga.
"Kami terharu dapat penghargaan ini, apalagi saingannya dari berbagai
negara. Bangga bisa memberikan prestasi yang baru untuk musik Indonesia.
Banyak sih saingannya, ada Siti Nurhaliza dan Cakra Khan, GAC, Ungu.
Makanya enggak nyangka ya. Terus waktu itu, pas banget Ocha (Rossa)
ulangtahun, dia (Rossa) kayaknya happy banget jadi pemenang. Dapat kado spesial," ungkap si pelantun Terima Kasih Cinta itu. (ase)
Blog ini berisi Aktivitas Studio Musik Chicak beserta rekan-rekan yang ada di lingkungan Chicak Musik studio maupun lingkungan lainnya, selain dari pada itu blog ini juga memuat artikel/berita dari media elektronik yang ada guna lebih mengefektifkan informasi yang ada dalam artikel/berita tersebut. Studio Musik Chicak beralamatkan di Jln H. Enang No. 28 Cisalak Pasar ( Studio Musik Chicak) Telpon /Fax 021 8732662 atau 02187754047
Jumat, 23 Oktober 2015
Rabu, 05 Agustus 2015
Burger Kill Gebrak Festival Band Metal Di Jerman
Jakarta, 5 Agustus 2015,
Woow keren juga nih Burger Kill, grup Band Metal dari Bandung mendapat respon bagus di Festival Band Metal Di Jerman beberpa waktu yang lalu, simak nih informasinya dari Kantor Berita Antara :
London (ANTARA News) - Burgerkill, band metal asal Indonesia, memukau pengunjung Wacken Open Air pada pagelaran festival musik metal terbesar di Jerman, dan salah satu terbesar di dunia di Wacken, Jerman Utara, akhir pekan lalu.
Meskipun tampil pertama kali sebagai pendatang baru, penampilan band Indonesia ini menyita perhatian pecinta dan pemerhati musik metal, kata Pensosbud KJRI Hamburg Indri Rasad memberi kesaksikan kepada Antara di London, Rabu.
Berulang kali para penggemar meneriakkan "we want more" kepada Burgerkill yang tampil enerjik meski tampil di bawah suhu 10 derajat celsius.
Band yang dibentuk di Ujungberung, Bandung, pada 1995, ini berhasil menembus pentas dunia.
Pada 2013 band ini berhasil meraih penghargaan pada Golden Gods 2013 Metal Hammer di Inggris, dan popularitasnya mencapai Jerman. Dan band ini akan tampil pada festival Bloodstock Open Air 6-9 Agustus 2015 di Inggris.
Wacken Open Air adalah festival musik metal terbesar dunia dengan pertama kali diadakan pada 1990 yang saat itu diikuti enam band lokal dan sekitar 800 penonton dengan hanya satu panggung yang dibuat secara swadaya.
Tahun ini perhelatan ini diikuti oleh lebih dari 80 band mancanagara, termasuk band metal kelas dunia Dream Theater dan Judas Priest.
Dalam jamuan yang dihadiri komunitas musik masyarakat Indonesia di Hamburg, Konjen Sylvia Arifin menyambut baik upaya go international Burgerkill, dan mengingatkan band ini untuk mengharumkan nama bangsa dan negara.
Woow keren juga nih Burger Kill, grup Band Metal dari Bandung mendapat respon bagus di Festival Band Metal Di Jerman beberpa waktu yang lalu, simak nih informasinya dari Kantor Berita Antara :
London (ANTARA News) - Burgerkill, band metal asal Indonesia, memukau pengunjung Wacken Open Air pada pagelaran festival musik metal terbesar di Jerman, dan salah satu terbesar di dunia di Wacken, Jerman Utara, akhir pekan lalu.
Meskipun tampil pertama kali sebagai pendatang baru, penampilan band Indonesia ini menyita perhatian pecinta dan pemerhati musik metal, kata Pensosbud KJRI Hamburg Indri Rasad memberi kesaksikan kepada Antara di London, Rabu.
Berulang kali para penggemar meneriakkan "we want more" kepada Burgerkill yang tampil enerjik meski tampil di bawah suhu 10 derajat celsius.
Band yang dibentuk di Ujungberung, Bandung, pada 1995, ini berhasil menembus pentas dunia.
Pada 2013 band ini berhasil meraih penghargaan pada Golden Gods 2013 Metal Hammer di Inggris, dan popularitasnya mencapai Jerman. Dan band ini akan tampil pada festival Bloodstock Open Air 6-9 Agustus 2015 di Inggris.
Wacken Open Air adalah festival musik metal terbesar dunia dengan pertama kali diadakan pada 1990 yang saat itu diikuti enam band lokal dan sekitar 800 penonton dengan hanya satu panggung yang dibuat secara swadaya.
Tahun ini perhelatan ini diikuti oleh lebih dari 80 band mancanagara, termasuk band metal kelas dunia Dream Theater dan Judas Priest.
Dalam jamuan yang dihadiri komunitas musik masyarakat Indonesia di Hamburg, Konjen Sylvia Arifin menyambut baik upaya go international Burgerkill, dan mengingatkan band ini untuk mengharumkan nama bangsa dan negara.
Senin, 22 Juni 2015
Kisah Gitaris Slank yang Berjuang dengan Ginjal Tinggal 3 Persen
Jpnn
SUDAH
tiga bulan Abdi Negara Nurdin (46 tahun) absen manggung. Gitaris yang
beken dengan nama Abdee Slank itu sedang menjalani perawatan dan terapi
ginjal yang kinerjanya tinggal 3 persen. Meski begitu, dia masih aktif
bekerja untuk mengurangi stres.
ANDRA NUR OKTAVIANI, Jakarta
Wajah garang Abdee saat beraksi dengan
gitarnya di panggung seolah sirna, digantikan wajah pucat dengan mata
sayu saat ditemui Jawa Pos di kawasan Kemang, Jakarta, Sabtu (20/6)
sore. Tubuhnya yang biasa berjingkrak-jingkrak di panggung pun terlihat
lebih ringkih.
Namun, tatapan mata dan jabat tangan
Abdee masih penuh semangat. "Saya barusan bertemu Jay Subiyakto di
sini,"’ ucapnya sambil tersenyum.
Tidak seperti kebanyakan orang sakit
yang lebih banyak beristirahat di rumah, Abdee justru memilih tetap
beraktivitas. Salah satunya bertemu beberapa teman untuk bertukar ide
dan merancang proyek.
Ya, ketimbang merasakan sakit dan meratapi nasib, Abdee lebih suka membuat tubuhnya bergerak dan bermanfaat. Aktivitasnya memang tidak sesibuk dan seheboh dulu. Sekarang lebih terbatas, namun tidak hilang sama sekali.
Ya, ketimbang merasakan sakit dan meratapi nasib, Abdee lebih suka membuat tubuhnya bergerak dan bermanfaat. Aktivitasnya memang tidak sesibuk dan seheboh dulu. Sekarang lebih terbatas, namun tidak hilang sama sekali.
Pria kelahiran Donggala, 28 Juni 1968,
itu mengungkapkan, berkegiatan merupakan salah satu terapi yang
dijalaninya sebagai rangkaian pengobatan. Dokter yang merawatnya memang
meminta Abdee mengurangi kegiatan. Dokter juga meminta dia tetap rileks
serta menghindari pikiran-pikiran yang berat. Namun, Abdee ogah jika
harus berbaring di tempat tidur seperti orang sakit.
’’Itu malah akan membuat saya stres.
Lebih baik beraktivitas. Dengan begitu, saya merasa lebih bermanfaat.
Itulah yang membuat saya tetap bersemangat menjalani hidup. Kalau sudah
tidak berguna, buat apa?’’ tegasnya.
Dengan melakukan berbagai kegiatan,
Abdee bisa menemukan ketenangan sekaligus kenikmatan tersendiri. Namun,
dia tetap membatasi diri. Dengan kekurangan sekarang, Abdee sangat tahu
kapan beraktivitas dan kapan harus berhenti. Kehadiran sakit itu membuat
dia lebih mengenal diri sendiri.
Kegiatan yang dipilih Abdee pun bukan
kegiatan berat yang menguras tenaga. Misalnya, berdiskusi dengan teman.
Mulai mendiskusikan masalah musik, ekonomi kreatif, hingga perkembangan
politik.
Dia juga tekadang masih membantu
manajemen Slank jika dibutuhkan. "Kalau untuk manggung, masih belum
kuat. Jadi, saya pilih kegiatan yang tidak terlalu menghabiskan
energi,’’ jelasnya.
Bersama seorang rekan, Abdee juga sedang
merancang sebuah buku. Buku berjudul Aku dan Taksi itu akan berkisah
tentang pengalaman Abdee dan taksi yang selama 20 tahun terakhir setia
menjadi temannya berkelana keliling ibu kota. Untuk diketahui, Abdee
lebih senang menggunakan transportasi umum daripada mobil pribadi untuk
beraktivitas di Jakarta. Mulai bus Transjakarta, taksi, hingga ojek.
"’Tapi, paling sering saya pakai taksi.
Karena itu, bukunya tentang saya dan taksi. Dalam buku itu, saya
menceritakan pengalaman dan cerita yang saya dapatkan dari taksi,’’
ungkapnya.
Selain kisah Abdee, buku tersebut
menceritakan beberapa sopir taksi yang dinilai cukup menarik oleh Abdee.
Tidak jarang dia menyodorkan alat perekam untuk merekam kisah si sopir
yang heroik, haru biru, atau konyol sekalipun.
Abdee menyatakan, buku itu sebenarnya
merupakan proyek lama yang sempat tertahan. Namun, dengan berkurangnya
kesibukan, dia jadi bisa berfokus menggarap buku tersebut. ’’Hampir
selesai. Setelah Lebaran nanti siap di-launching,’’ ujarnya.
Kendati Abdee berusaha tetap sehat dan
berkegiatan, tetap saja banyak orang yang mengkhawatirkan kondisi
kesehatannya. Kini setiap orang yang bertemu dengan salah seorang
inisiator Konser Salam Dua Jari untuk kemenangan Jokowi dalam Pilpres
2014 itu selalu menanyakan kondisi kesehatannya dan mendoakan agar cepat
sembuh.
Secara pribadi, Abdee senang banyak yang
memberikan perhatian. Namun, di sisi lain, dia agak terganggu karena
tidak ingin dikasihani secara berlebihan. Sebab, kenyataannya, dia masih
bisa beraktivitas dan tidak seringkih yang dibayangkan.
Itulah alasan Abdee enggan berbicara
soal penyakitnya. Apalagi penyakit itu sudah dialami Abdee hampir lima
tahun terakhir. ’’Saat divonis lima tahun lalu, saya pun tidak langsung
bercerita kepada Slank. Setahun kemudian, baru saya cerita,’’ tutur
suami Anita Desi Farida itu.
Pikiran Abdee pun mundur lima tahun
silam. Sambil mengingat-ngingat, dia menuturkan kondisinya kala itu.
Menurut dia, kondisinya saat itu sudah cukup buruk. Dokter yang
menangani bahkan berani menyatakan hidup Abdee tinggal enam bulan.
Dokter menyarankan untuk menjalani cuci darah. Namun, kala itu, Abdee
tidak mengindahkan saran dokter. Dia mencoba cara lain untuk bertahan
hidup.
Secara drastis, dia mulai mengubah gaya
hidupnya yang diakui cukup berantakan. Diet ketat dijalankan sambil
terus menjalani pengobatan. Memasuki 2015, kondisi ginjal Abdee semakin
parah. Kinerjanya tinggal 3 persen. Dia sempat dirawat di rumah sakit
selama sebulan. Kala itu, jumlah kreatinin dalam tubuhnya sudah terlalu
tinggi, mencapai 14. Padahal, jumlah maksimal kreatinin pada pria adalah
1,6.
’’Saya keracunan protein. Racun itu
sudah menumpuk dalam darah. Jika tidak segera ditolong, mungkin saya
sudah meninggal. Kondisinya sudah parah sekali,’’ ungkapnya.
Kondisi tersebut akan membaik dengan
treatment cuci darah. Namun, cuci darah bukanlah tanpa efek samping.
Abdee merasakannya sendiri. Sejak menjalani cuci darah dua kali seminggu
Januari lalu, dia merasakan tubuhnya mulai bereaksi. Rasa mual hingga
muntah kerap dialami. Dia juga mengaku merasakan keseimbangan tubuhnya
makin berkurang setelah menjalani terapi itu. Kepalanya sering pusing.
Maka, opsi untuk melakukan transplantasi
ginjal pun muncul. Sampai saat ini, transplantasi ginjal memang menjadi
cara terbaik untuk bisa ’’sembuh’’ dari gagal ginjal. Abdee memang
berencana menjalani transplantasi ginjal. Beberapa calon donor sudah
menjalani medical checkup. Abdee pun mulai melakukan sterilisasi untuk
melemahkan sistem autoimun dalam tubuhnya.
Calon donor tersebut berasal dari
berbagai kalangan, mulai keluarga, teman dekat, hingga Slankers, fans
berat grup band yang diawaki Kaka, Bimbim, Ivanka, dan Abdee itu. Namun,
hingga kini belum diketahui apakah ginjal calon donor tersebut cocok
dengan Abdee. Dia masih menunggu hasil pemeriksaan medis.
’’Untuk dapat ginjal yang cocok, tidak gampang. Keluarga saja belum tentu cocok,’’ katanya.
Dia menambahkan, sebetulnya yang paling cocok adalah ginjal anak. Tetapi, Abdee tidak mau anaknya mendonorkan ginjal untuk dirinya. Padahal, anak semata wayang Abdee, Alanis Nurulizah, sudah menawarkan sendiri kepada sang ayah.
Dia menambahkan, sebetulnya yang paling cocok adalah ginjal anak. Tetapi, Abdee tidak mau anaknya mendonorkan ginjal untuk dirinya. Padahal, anak semata wayang Abdee, Alanis Nurulizah, sudah menawarkan sendiri kepada sang ayah.
’’Dia tiba-tiba datang dan bilang akan
mendonorkan ginjalnya kepada saya. Tetapi, saya tidak mau. Dia masih
terlalu kecil,’’ ucap Abdee.
Kalaupun hasil medical checkup para
calon donor menunjukkan hasil negatif, Abdee tetap tidak akan
mengizinkan anaknya menjadi donor untuk dirinya. Dia lebih baik menunggu
sampai ada donor lain yang cocok.
’’Tidak sedikit orang yang bisa bertahan
hidup dengan gagal ginjal tanpa transplantasi. Bahkan, ada yang
bertahan hingga 25 tahun. Karena itu, saya tidak khawatir,’’ tandasnya. (*/c5/ari)
Rabu, 18 Maret 2015
Lama enggak ngeblog
Hai chicakers, wkkkk.wkkkkk, lama nih aku enggak ngeblog maklum aku lagi repoot nih, karena disamping aku lagi nerusin/balik kuliah lagi, juga kan sekarang disamping alat-alat musik aku juga buka kios kecil-kecilan yang isinya handicraft atau bahasa kerennya asesories, cuma memang sekarang masih kebanyakan buat anak-anak, ya kumpul-kumpulin dari yang kecil-kecil semoga terkumpul jadi besar begitu. okey kalau kebetulan jalan ke arah Pondok cibubur yang masuknya dari jalan Radar AURI Cimanggis, bolehlah mampir ke base camp aku, kalau memang toko belum buka bisa hubungi aku di 081314385985. alat-alat musik masih ada koq, asesorie juga ada lho bro n sist. okeyyy
Langganan:
Postingan (Atom)