KECANTIKAN dan kemolekan tubuh Inong Malinda alias Malinda Dee tidak natural. Karena (maaf) payudara yang ukurannya di luar kewajaran, polisi tidak bisa menemukan baju tahanan yang pas.
Saat "dipamerkan" penyidik Senin (4/04) lalu, Malinda muncul dengan jaket pink dan bukan dengan baju tahanan layaknya tersangka yang lain. Kemarin, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Ito Sumardi membantah memberi perlakuan istimewa untuk Malinda.
"Soalnya di sini memang tidak ada yang muat," kata Ito sambil memegang dadanya saat dicegat wartawan di gedung DPR kemarin (05/04). Menurut Ito, di rutan Bareskrim tidak ada ekslusifitas. "Wartawati boleh cek deh, tapi yang cowok jangan," tambahnya.
Soal alat rias yang bisa dibawa masuk rutan, Ito tak mau komentar. "Prinsipnya semua tahanan sama. Cuma ya itu tadi, tidak ada yang muat," katanya.
Seorang mantan kolega Malinda di Citibank membisikkan, penampilan Malinda dengan proporsi dada yang lebih membusung sejak medio 2008 akhir. "Kita dengar perawatannya di Singapura dan Hongkong," katanya pada Jawa Pos di sela-sela ekspose kasus di Bareskrim Senin lalu.
Pihak Citibank menurunkan tim lengkap saat diundang polisi memaparkan hasil penyidikan. Menurut wanita yang berpenampilan chic ini, jika di kantor, Malinda lebih sering menggunakan tutup kepala berupa kain. "Tapi, ada bagian yang dibiarkan kelihatan. Tahu sendirilah," katanya.
Teman Malinda sewaktu SMA tahun 1981 di SMA 6 Bulungan, Irma Hutabarat, menyebut Malinda dulu tak secantik sekarang. "Sangat berbeda . 180 derajat," kata aktivis perempuan yang hobi yoga ini saat dihubungi kemarin.
Irma mengaku jarang berinteraksi dengan Malinda. "Karena kesibukan masing-masing ya," tambahnya. Seorang penyidik menyebut, dari dokumentasi paspor Malinda, frekuensi wanita 47 tahun itu pergi ke Singapura dan Hongkong mencapai belasan kali.
"Kita belum tanya secara detail soal fisik. Ini kan pidana pencucian uang bukan pemalsuan identitas," katanya lantas tertawa.
Pengacara Malinda, Hallapancas Simajuntak menjelaskan sejak mengenal kliennya akhir 2009 penampilannya sudah secantik sekarang. "Saya kira Ibu memang benar-benar cantik. Jadi, dari awalnya memang sudah cantik," katanya pada Jawa Pos. Selama ditahan, Malinda selalu menjaga kesehatan. "Ibu suka minum susu dan makan buah," tambahnya.
Terpisah, Susi Dodi, ketua RT 08 Tebet Barat, Jakarta Selatan tempat tinggal Malinda sebelum pisah rumah dengan suaminya Adus Ally menjelaskan wajah Malinda yang asli sebelum dioperasi plastik justru sangat cantik dengan tubuh langsing.
"Sejak awal menikah dulu, wajahnya itu cantik banget, badannya juga bagus, langsing dan tinggi. Saya juga heran, begitu saya lihat ditelevisi jadi berubah begitu. Dioperasi plastik koq jadi begitu. Apa karena kebanyakan uang kali yah," tuturnya dengan logan Banten-nya.
Diungkap Susi, sebelum berpisah 2008 lalu wajah Inong setahu dia tidak pernah dioperasi plastik. "Aslinya memang sudah cantik sampai dia pisah lalu engak tinggal di rumah itu lagi. Baru melihat lagi wajahnya begitu banyak beritanya di televisi," imbuhnya.
Di bagian lain, ahli bedah plastik Dr Enrina Diah SpBP mengatakan bahwa beberapa tubuh Malinda adalah hasil "pengerjaan". Menurutnya, orang awampun bisa tahu bahwa bagian-bagian tubuh Malinda sudah tidak asli lagi.
"Apalagi payudaranya. Semua orang juga tahu itu hasil operasi," kata Enrina kepada Jawa Pos tadi malam (5/4). Menurut Enrina ukuran payudara yang dimiliki Malinda bisa dikatakan sudah terlampau besar dan cenderung tidak proporsional dibandingkan dengan bentuk tubuhnya. "Kalau ukurannya lebih proporsional tentu saja lebih cantik," imbuh pendiri Ultimo Aesthetic & Dental Center itu.
Selain itu, lanjut Enrina, bentuk payudara yang terlalu besar akan menimbulkan dampak yang negatif. Akibat menyanggah payudara yang terlalu besar dan berat, maka tugas punggung akan terlampau berat dan tentu saja bisa berdampak negatif terhadap kesejatan tulang punggung. Selain itu, size yang superbesar itu juga bisa menghambat peredaran darah ke puting payudara.
Alumni Kedokteran UI itu mengungkapkan, sangat jarang pasien lokal yang ingin bagian dadanya dioperasi dan dipermak dengan ukuran super jumbo. Sebab, bukan budaya orang lokal untuk memamerkan bentuk payudara yang terlampau besar. "Saya juga akan menolak pengerjaan operasi yang terlalu besar. Alasan saya kurang baik untuk kesehatan," kata Enrina.
Bisa jadi Malinda mengerjakan di luar negeri? "Ah saya tidak mau komentar, itu menyangkut kode etik," jawabnya. Namun yang jelas menurutnya, banyak kalangan medis di Indonesia yang akan menolak jika melakukan operasi payudara dengan ukuran yang sangat besar.
Dokter yang berulang tahun setiap 23 Mei itu juga menerangkan bahwa pengejaan payudara yang begitu besar itu tidak bisa dilakukan hanya dalam sekali pengerjaan. Menurutnya, paling tidak akan dioperasi dua kali atau lebih.
Kelenturan kulit payudara tidak akan mungkin jika dilakukan dalam sekali pengerjaan. Jadi, paling tidak Malinda beberapa kali bolak-balik melakukan operasi untuk menghasilkan ukuran yang sekarang. Ketika ditanya kira-kira berapa uang yang harus dikeluarkan Malinda untuk mempermak dadanya, Enrina enggan menjelaskan. "Saya tidak bisa terangkan itu. Kan dia bukan pasien saya," ucapnya.
Selain itu Enrina mengatakan bukan pekerjaan yang mudah untuk mencari breast holder (BH) sesuai dengan ukuran Malinda di Indonesia. Sebab, sangat jarang orang Indonesia memiliki payudara dengan ukuran yang sama dengan Malinda. "Bisa jadi itu impor," kata dia.
"Di luar payudara, bagian tubuh lain Malinda yang terlihat jelas hasil "pengerjaan" adalah wajah. "Kalau saya perhatikan hidungnya juga merupakan hasil operasi," katanya.
Namun, Enrina mengakui bahwa hasil pengerjaan wajah Malinda bisa dikatakan baik. Bahkan menurutnya, banyak orang yang memberi apresiasi terhadap kecantikan wajah Malinda. Namun lanjutnya, belum tentu juga itu dikerjakan di luar negeri. Sebab, ahli-ahli kecantikan di Indonesia juga tidak kalah hebat dibanding ahli dari luar negeri. (rdl/kuh/vit/ind)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar