Banyak penumpang yang tidak setuju dengan tarif baru dan jadwal pemberangkatan kereta.
VIVAnews - Komunitas KRL Mania meminta Kepolisian Daerah Metro Jaya mengantisipai timbulnya kericuhan di stasiun kereta api, terkait aksi protes keterlambatan jadwal kereta akibat uji coba pelaksanaan sistem single operation pada Sabtu 18 Juni 2011, yang berujung pada tindakan perusakan fasilitas umum di Stasiun Kota.
"Kedatangan kami ke Polda untuk berkoordinasi dengan polisi, melihat adanya potensi gesekan di masyarakat. Ini terkait rencana PT KAI memberlakukan sistem baru KRL," ujar Humas KRL Mania, Agam Faturrachman di Mapolda Metro Jaya, Senin 20 Juni 2011.
Menurutnya, tidak tertutup kemungkinan aksi protes bisa kembali terjadi saat pemberlakuan sistem baru pada Senin, 4 Juli 2011 mendatang. Hingga saat ini, masih banyak penumpang yang tidak setuju dengan tarif baru dan jadwal pemberangkatan kereta.
"Kejadian Sabtu itu, karena penumpang marah menunggu kereta terlalu lama, akibatkan beberapa gerbong kereta rusak dan pemukulan terhadap petugas jaga juga terjadi," paparnya.
Diketahui, pada Sabtu 18 Juni 2011, PT KAI melakukan uji coba KRL Commuter Line. Berbeda dengan KRL Ekonomi AC sebelumnya, sistem baru ini mengharuskan kereta berhenti di setiap stasiun seiring dengan penghapus kereta ekspres. Selain itu, tarif kereta juga akan naik dari harga sebelumnya.
Sistem baru membagi KRL dalam dua kelas. Pertama, KRL Ekonomi bertarif Rp2.000 dengan tingkat perjalanan 30 persen. Kedua, KRL Commuter Line bertarif Rp9.000 dengan tingkat perjalanan 70 persen.
Menanggapi hal ini, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar mengatakan, akan segera menyampaikan informasi dari KRL Mania pada fungsi intel polisi. Lalu informasi dari Intel ini akan disampaikan pada Biro Operasional Polda Metro Jaya untuk mengambil langkah yang tepat.
"Supaya tidak ada lagi perusakan fasilitas umum," katanya. (sj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar