Senin, 18 Juli 2011

Ini Daerah Jakarta Paling Banyak Ditilang


Polisi menemukan 44.435 pelanggaran lalu lintas.

VIVAnews- Operasi Patuh Jaya yang digelar Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya pada 11-24 Juli 2011 telah berlangsung satu minggu. Dalam kurun waktu itu, polisi menemukan 44.435 pelanggaran lalu lintas, dan paling banyak dilakukan pengemudi sepeda motor yaitu 30.822 pelanggaran.

Kepala Unit Penindakan Pelanggaran Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Adhie Santika mengatakan, dari seluruh pelanggaran yang terjadi, wilayah yang paling banyak melanggar yakni Jakarta Timur. Jumlahnya, lanjut Adhie mencapai 6.953.

Menurut Adhie jumlah anggota yang diterjunkan di Jakarta Timur merupakan jumlah yang paling banyak ketimbang wilayah lainnya yakni 450 anggota, sedangkan wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat hanya 200 orang.

"Di Timur jumlah petugas lebih banyak karena karakteristik wilayah, adanya Bandara Halim Perdana Kusama sehingga banyak tamu dan pejabat VVIP, tempat hiburan, dan luas wilayah," kata Adhie.

Ia juga menjelaskan tingginya arus urbanisasi di Wilayah Jakarta Timur berpengaruh pada jumlah kendaraan yang ditilang. Dibanding wilayah Jakarta Barat dan Selatan, lanjut dia, Jakarta Timur memiliki pintu masuk lebih banyak bagi masyarakat yang menetap di pinggiran Ibu Kota, seperti Depok, Cibubur, dan Bekasi, namun mencari nafkah di pusat kota.

Sementara itu, Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Tomex Korniawan mengatakan, penyebab tingginya pelanggaran sepeda motor dikarena pertumbuhan jumlah pengendara sepeda motor di Jakarta sangat tinggi tetapi jalur bagi motor terbatas.

Dijelaskan Tomex, profesi pengendara motor yang paling banyak yakni karyawan swasta dengan jumlah 27.803. Sementara itu pelanggaran sering dilakukan adalah pelanggaran rambu S dan P yang jumlahnya mencapai 6.640 pelanggaran. Menurutnya tingkat disiplin pengendara motor sangat rendah. Namun ia menyangkal hal itu disebabkan mudahnya pemberian Surat Izin Mengemudi (SIM).

"Saya nilai bahwa pemberian SIM adalah keterampilan, skill dan standarisasi sudah dilakukan. Tapi masalahnya ada pada moralitas perilaku dari si pemilik SIM. Selamat itu bukan milik siapa-siapa tapi diri sendiri," jelas Tomex. (eh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar