Adanya KRL Commuter Line tidak banyak membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
VIVAnews - Sudah lebih dari satu minggu pola operasi tunggal KRL diberlakukan. Namun kebijakan yang mengharuskan seluruh rangkaian kereta berhenti di setiap stasiun itu masih saja dikeluhkan.
Komunitas penumpang yang tergabung dalam KRL Mania, menilai, sejak resmi beroperasi pada 2 Juli lalu, adanya KRL Commuter Line tidak banyak membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
"Secara umum yang berubah hanya tarif yang naik, jadwal yang berkurang, berhenti tiap stasiun, tidak ada penyusulan, dan waktu tempuh lebih lama," kata Juru Bicara KRL Mania Agam Faturachman kepada VIVAnews.com. Namun kata Agam, masalah klasik, seperti keterlambatan, gangguan wesel dan sinyal, KRL mogok, AC panas, frontline yang kurang melayani, masih terjadi. "Bahkan seminggu terakhir semakin menjadi-jadi," tambahnya.
Untuk itu, lanjut dia, KRL Mania akan melakukan doa bersama untuk perbaikan pelayanan KRL. "Meminta kepada Tuhan supaya membuka pintu hati para pengambil keputusan baik pemerintah maupun PT KAI dan KCJ supaya memperhatikan angkutan berbasis kereta. Dan operasional KRL bisa lancar," ungkap Agam. Doa bersama akan dilakukan di Stasiun Dukuh Atas Sudirman pukul 17.00 WIB, Jumat, 8 Juli 2011.
Menurut Agam, PT Kereta API Indonesia terkesan seperti menutup mata dengan masalah yang ada. Operator terkesan merehkan keterlambatan yang belakangan semakin sering terjadi. "Salah satu pejabat mengatakan rata-rata terlambat hanya 10 menit. Padahal kami bisa merasakan dalam seminggu ini melebihi 10 menit," jelas dia.
Agam mengungkapkan, dua hari lalu terjadi penumpukan penumpang di Stasiun Bogor karena sinyal kereta rusak. Kemudian, tadi pagi, KRL Ekonomi jurusan Bogor-Jakarta tiba-tiba saja terhenti di Stasiun Depok. Penyebabnya, rem kereta tersebut macet. "Jumat minggu lalu, KRL ekonomi mogok di lintas Serpong," terang dia. (eh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar